Sebagai
pelajar, tentu disibukkan dengan adanya tugas dan ulangan harian. Dan
ketika seorang pelajar tak bisa memposisikan dirinya dengan benar maka
mencontek menjadi pilihan. Mungkin awalnya pelajar itu mencontek karena
tak sempat belajar, anggap saja karena mengerjakan tugas malam
harinya. Tapi karena mencontek dianggap sebagai sesuatu yang ‘mudah’
maka sebagai seorang pelajar yang mulanya terpaksa mencontek akan lebih
menjadi terbisa mencontek. Ada banyak alasan bagi pelajar yang lebih
memilih mencontek tapi kemudahan dalam mencontek lah yang menjadi
faktor utama. Misalnya saja bentuk soal yang berbentuk multiple choice/
pilihan ganda sehingga sebuah jawaban dapat dengan mudah diutarakan
lewat bahasa tubuh, terutama jari atau mulut. Hal itu tentu berbeda
dengan bentuk soal berupa uraian/ essai yang dapat meminimalisir
kecurangan mencotek pada pelajar. Contoh berikutnya adalah tentang
pengawas atau penjaga ujian yang terlalu longgar dalam mengawasi para
pelajar. Seharusnya, sebagai seorang pelajar tak perlu ada nya
pengawas. Kesadaran diri untuk tidak berbuat curang harusnya sudah
terbentuk. Tapi dalam kenyataan nya pelajar cenderung bergantung pada
pengawas, setiap kali ulangan selalu berharap mendapatkan pengawas
ujian yang santai, biasanya dengan kriteria orang suka main laptop
atau baca buku atau keluar masuk kelas saat menjaga ujian. Sehingga
pelajar dapat dengan mudah melancarkan aksinya. Faktor berikutnya
adalah tuntutan nilai. Ya, tuntukan nilai baik yang diharapkan orang
tua tentu akan membebani pelajar. Secara tidak langsung seorang pelajar
akan melakukan segala cara untuk mendapatkan nilai baik, nah salah
satunya mencontek saat ulangan.
Miris memang ketika pelajar kini mulai terbisa dengan mengandalkan
jawaban dari teman atau membuat catatan kecil (repekan) yang dibuka saat
ujian berlangsung. Namun hal ini masih bisa diminimalisir, pengubahan
sistem ujian misalnya. Ujian tak selamanya dengan cara tulis, kadang
diperlukan adanya ujian lisan. Dengan ujian lisan pelajar tak bisa
mengandalkan siapapun keculi dirinya sendiri sehingga dirinya akan
otomatis belajar. Jika memang seorang guru harus memberikan ujian secara
tulis, ada baiknya jika bentuk soal yang diberikan adalah soal uraian/
essai dan tak lupa pengawas ujian haruslah berbuat tegas jika ada
pelajar yang berbuat curang.
Disamping itu semua tentunya pelajar yang benar-benar belajar akan
sangat merasa dirugikan dari aksi kecurangan ini. Dan kebanyakan alasan
pelajar memberikan jawaban kepada temannya adalah agar tidak di’cap’
sebagai anak yang pelit atau sombong. Tak jarang kita jumpai bahwa nilai
yang mencontek akan lebih tinggi dari pelajar yang benar-benar
belajar. Sungguh tidak adil bukan?
Budaya mencontek telah mengakar pada kebanyakan pelajar saat ini, tapi
bukan tidak mungkin pada suatu saat budaya itu akan hilang. Mulailah
pada diri sendiri. Ylah dengan usahamu, kalau kamu tidak percaya pada
diri kamu sendiri, siapa yang akan percaya? Tapi jika itu mengalami
kegagal an yakin kan diri kamu bahwa sekecil usahamu pasti akan dihargai
Tuhan.
Komentar balik mik
BalasHapus